Disusun oleh : Abu Hammam Kiryani, Lc
Pengasuh PPTQ At taqwa Al Islamiy Borobudur
Urgensi Adab Sebelum menuntut Ilmu
Maka Kiat agar ilmu menancap, berbuah, berkah dan bermanfaat dalam kehidupan kita yang fana ini :
الأول : تطهير وعاء العلم
Pertama : Membersihkan wadah ilmu
وهو القلب وبحسب طهارة القلب يدخله العلم، وإذا ازدادت طهارته ازدادت قابليته للعلم.
yaitu hati sesuai kadar sucinya hati, sebesar itupula kadar ilmu yang akan masuk kepadanya. Jika semakin bertambah sucinya hati, maka akan semakin bertambah penerimaannya terhadap ilmu. (Lihat : Khulashoh Ta’dhimil ilmi, hal : 1377)
فمن أراد حيازة العلم فليزين باطنه، ويطهر قلبه من نجاسته، فالعلم جوهر لطيف، لايصلح إلا للقلب النظيف
Siapa yang ingin meraih ilmu, maka perindahlah batinnya, sucikanlah hatinya dari segala najis.”Ilmu adalah permata yang mulia nan lembut tidak akan cocok bertempat kecuali di hati yang bersih.” (Lihat : Khulashoh Ta’dhimil ilmi, hal : 1377)
Cara Membersihkan Hati
وطهارة القلب ترجع إلى أصلين عظيمين :
أحدهما : طهارته من نجاشة الشبهات
والآخر : طهارته من نجاسة الشهوات
Syaikh Sholih Bin Abdillah Al-‘Ushoimiy menerangkan, “Kebersihan hati kembali kepada dua hal:
- Sucinya hati dari najis syubhat.
- Sucinya hati dari najis syahwat.”
(Lihat : Khulashoh Ta’dhimil ilmi, hal : 1377)
Syubhat akan membuat seorang berada dalam lingkaran setan sementara dia tidak sadar. Bahkan sampai tahap dia menyangka berada dalam kebenaran, padahal dia sedang tenggelam di lautan penyimpangan dan kesalahan. Sehingga ilmu yang bermanfaat itu, akan sangat sulit masuk pada dirinya.
Allah berfirman :
أَفَمَن كَانَ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّهِ كَمَن زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُم
“Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabbnya sama dengan orang yang (shaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?” (QS. Muhammad: 14).
وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّـهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّـهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ
Orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah beralasan, “Kami tidak menyembah mereka, melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya (QS.Az-Zumar: 3).
Adapun syahwat, penyakit inilah yang akan mendorong seorang berbuat maksiat. Melakukan kepada yang haram, menfitnah, dengki, mengadudomba, berzina, berjudi dan seluruh maksiat, sumbernya di syahwat.
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ :
( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ)
“Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’” (HR. Tirmidzi).
Disebutkan dalam shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda ( yang menunjukan pentingnya kebaikan hati ) :
إن الله لا ينظر إلى صوركم وأموالكم ولكن ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم
“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian. Akantetapi Allah melihat pada hati dan amalan kalian” (HR. Muslim).
ومن طهر قلبه فيه العلم حل, ومن لم يرفع منه نجاسته ودعه العلم وارتحل
Siapa yang hatinya bersih, maka ilmu akan betah menetap di dalamnya. Siapa yang tidak berusaha mengusir kotoran hati, ilmu akan meninggalkannya dan pergi.
Sahl bin Abdullah –rahimahullah– berkata,
حرام على قلب أن يدخله النور وفي شيء مما يكره الله عز وجل
“Haram bagi hati yang padanya bersemayam sesuatu hal yang dimurkai Allah, untuk dimasuki cahaya ilmu..” (Lihat : Khulashoh Ta’dhimil ilmi, hal 1377 - 1378)
(Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar